Pada dasarnya manusia akan senantiasa teralienasi, terasing dari segala hal yang melingkupi hidupnya. Karenanya, rasa kesepian adalah sebuah keniscayaan, kata Erich Fromm. Maka jelas sudah motif manusia untuk menjalin relasi dengan manusia lain, dan cinta dalam segala bentuknya merupakan motif (serta makna) keterhubungan yang harus mampu dipuncaki manusia. Sayangnya untuk memenuhi motif cinta, manusia juga harus siap…
Urban Social Forum x Sine[room]: Menjelajah ke Kedalaman Kota Lewat Sinema
Catatan Sesi Pemutaran dan Diskusi Film bersama Sine[room] pada The 4th Urban Social Forum Sabtu, 3 Desember 2016 telah dihelat The 4th Urban Social Forum di Semarang sebagai sebuah ruang terbuka, demokratis, dan inklusif untuk berdiskusi dan berbagi ide tentang cara-cara alternatif dan progresif dalam mewujudkan kota ideal bagi manusia. Gelaran Urban Social Forum mengajak berbagai organisasi…
Archquake 2016 x Sine[room]: Meneropong Ruang Lewat Sinema
Catatan Sesi Pemutaran dan Diskusi Film pada Archquake 2016 oleh Sine[room] Pada suatu sore, di pelataran Museum Ranggawarsita, dua orang pemuda yang belakangan diketahui merupakan mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro menemui kami di sela-sela pemutaran film. Dengan nada malu-malu (atau entah ragu-ragu) mereka meminta, “Kita ingin mengajak mbak/mas sineroom untuk bergabung ke MLM event kita, Archquake 2016 dengan…
Pekan Film Semarang 2016
Bermula dari keresahan atas terbatasnya kegiatan apresiasi film di Semarang, kami, sine[room] sebagai komunitas penikmat film yang masih berkembang, memberanikan diri untuk memantik para pecinta film agar mulai melirik Kota Semarang sebagai bagian dari pusat kegiatan perfilman nasional melalui “Pekan Film Semarang”. Tercatat banyak film nasional penting yang menggunakan landskap khas Semarang sebagai lokasi pengambilan gambar, sebut saja Gie,…
Undangan untuk Pembuat Film Semarang
sine[room] sebentar lagi akan menghelat sebuah apresiasi film yang akan menjadi alternatif tontonan film bagi publik Semarang dalam Pekan Film Semarang 2016. Untuk turut menyemarakkan acara apresiasi film tersebut, sine[room] mengundang komunitas film, individu, pembuat film independen, mahasiswa, pelajar, dosen atau siapapun yang pernah membuat film untuk mengikutsertakan filmnya dalam salah satu segmen Pekan Film Semarang…
Gilo-Gilo Jajane Teko
Konon, di Kota Semarang, pernah tinggal seorang pribumi yang sangat kaya raya dan kekayaannya bahkan dikenal hingga se-Asia Tenggara. Tasripin namanya. Ya, nama yang sama seperti nama bocah 12 tahun di Banyumas yang hidup miskin dan harus mengurus ketiga adiknya sendirian. Tapi Tasripin yang ini adalah seorang saudagar legendaris yang menguasai bisnis kopra, kapuk dan real…
Film NAY Singgah ke Semarang (19-20 Februari 2016)
NAY, film yang disutradarai, diproduseri, dan ditulis oleh Djenar Maesa Ayu, pada awalnya sempat tayang di jaringan bioskop besar, namun entah kenapa film ini hanya bertahan selama beberapa hari. Padahal film ini diapresiasi banyak kritikus dan meraih penghargaan di ajang Jogja-Netpac Asian Film Festival 2015. Nay kemudian memilih jalan yang lebih sunyi dengan mendatangi penontonnya melalui komunitas-komunitas film di berbagai…
Segera Hadir: Pekan Film Semarang 2016
30 Maret 1950, sutradara film legendaris Usmar Ismail, untuk pertama kalinya melakukan pengambilan gambar untuk film pertamanya sebagai sutradara, Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi). Film yang merupakan produksi perdana Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) ini diklaim sebagai film pertama yang seluruh proses produksinya hanya melibatkan orang-orang asli Indonesia, dari crew, penulis skenario, sutradara,…
PEREMPUAN DALAM KONFLIK SOSIAL
Meredefinisi ‘Katup Penyelamat’ melalui Film Where Do We Go Now? Oleh : Ardian Agil Waskito “Peace in the Middle East would come about more easily if the region were governed by women.” Begitu kata Almarhum Roger Ebert, kritikus film paling disegani di Amerika Serikat, dalam komentarnya setelah menonton film Where Do We Go Now? karya…